Sunnahnya Membaca Qunut Subuh

Sunnahnya Membaca Qunut Subuh
A. Hukum Membaca Qunut Subuh
Di dalam madzab syafii sudah disepakati bahwa membaca
doa qunut dalam shalat subuh pada I’tidal rekaat kedua
adalah sunnah ab’ad. Sunnah Ab’ad artinya diberi pahala
bagi yang mengerjakannya dan bagi yang lupa
mengerjakannya disunnahkan menambalnya dengan sujud
syahwi.
Tersebut dalam Al majmu’ syarah muhazzab jilid III/504
sebagai berikut :
“Dalam madzab syafei disunnatkan qunut pada waktu
shalat subuh baik ketika turun bencana atau tidak. Dengan
hukum inilah berpegang mayoritas ulama salaf dan orang-
orang yang sesudah mereka. Dan diantara yang
berpendapat demikian adalah Abu Bakar as-shidiq, Umar
bin Khattab, Utsman bin affan, Ali bin abi thalib, Ibnu
abbas, Barra’ bin Azib – semoga Allah meridhoi mereka
semua. Ini diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad yang
shahih. Banyak pula orang tabi’in dan yang sesudah
mereka berpendapat demikian. Inilah madzabnya Ibnu
Abi Laila, Hasan bin Shalih, Malik dan Daud.”
Dalam kitab al-umm jilid I/205 disebutkan bahwa Imam
syafei berkata :
“Tidak ada qunut pada shalat lima waktu selain shalat
subuh. Kecuali jika terjadi bencana, maka boleh qunut
pada semua shalat jika imam menyukai”.
Imam Jalaluddin al-Mahalli berkata dalam kitab Al-
Mahalli jilid I/157 :
“Disunnahkan qunut pada I’tidal rekaat kedua dari shalat
subuh dan dia adalah “Allahummahdinii fiman
hadait….hingga akhirnya”.
Demikian keputusan hokum tentang qunut subuh dalam
madzab syafii.
B. Dalil-Dalil Kesunattan qunut subuh
Berikut ini dikemukakan dalil dalil tentang kesunnatan
qunut subuh yang diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Hadits dari Anas ra.
“Bahwa Nabi saw. pernah qunut selama satu bulan sambil
mendoakan kecelakaan atas mereka kemudian Nabi
meninggalkannya.Adapun pada shalat subuh, maka Nabi
melakukan qunut hingga beliau meninggal dunia”
Hadits ini diriwayatkan oleh sekelompok huffadz dan
mereka juga ikut meriwayatkannya dan mereka juga ikut
menshahihkannya. Diantara ulama yang mengakui
keshahihan hadis ini adalah Hafidz Abu Abdillah
Muhammad ali al-balkhi dan Al-Hakim Abu Abdillah pada
beberapa tempat di kitabnya serta imam Baihaqi. Hadits
ini juga turut di riwayatkan oleh Darulquthni dari
beberapa jalan dengan sanad-sanad yang shahih.
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﺍﻟﺒﺎﻫﻠﻲ ، ﻗﺎﻝ : ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺧﺎﻟﺪ ﺑﻦ ﻳﺰﻳﺪ ، ﻗﺎﻝ : ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺟﻌﻔﺮ
ﺍﻟﺮﺍﺯﻱ ، ﻋﻦ ﺍﻟﺮﺑﻴﻊ ، ﻗﺎﻝ : ﺳﺌﻞ ﺃﻧﺲ ﻋﻦ ﻗﻨﻮﺕ ‏(1 ‏) ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ‏«
ﺃﻧﻪ ﻗﻨﺖ ﺷﻬﺮﺍ ‏» ، ﻓﻘﺎﻝ : ﻣﺎ ﺯﺍﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻨﺖ ﺣﺘﻰ ﻣﺎﺕ ﻗﺎﻟﻮﺍ :
ﻓﺎﻟﻘﻨﻮﺕ ﻓﻲ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺼﺒﺢ ﻟﻢ ﻳﺰﻝ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺣﺘﻰ ﻓﺎﺭﻕ
ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ، ﻗﺎﻟﻮﺍ : ﻭﺍﻟﺬﻱ ﺭﻭﻱ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻗﻨﺖ ﺷﻬﺮﺍ ﺛﻢ ﺗﺮﻛﻪ ،
ﺇﻧﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻗﻨﻮﺗﻪ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺭﻭﻱ ﻋﻨﻪ ﺃﻧﻪ ﺩﻋﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﻗﺘﻠﺔ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺑﺌﺮ ﻣﻌﻮﻧﺔ ، ﻣﻦ ﺭﻋﻞ
ﻭﺫﻛﻮﺍﻥ ﻭﻋﺼﻴﺔ ﻭﺃﺷﺒﺎﻫﻬﻢ ، ﻓﺈﻧﻪ ﻗﻨﺖ ﻳﺪﻋﻮ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻓﻲ ﻛﻞ ﺻﻼﺓ ، ﺛﻢ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﻘﻨﻮﺕ
ﻋﻠﻴﻬﻢ ، ﻓﺄﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﺠﺮ ، ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺘﺮﻛﻪ ﺣﺘﻰ ﻓﺎﺭﻕ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ، ﻛﻤﺎ ﺭﻭﻯ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ
ﻋﻨﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻭﻗﺎﻝ ﺁﺧﺮﻭﻥ : ﻻ ﻗﻨﻮﺕ ﻓﻲ ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﻠﻮﺍﺕ
ﺍﻟﻤﻜﺘﻮﺑﺎﺕ ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻘﻨﻮﺕ ﻓﻲ ﺍﻟﻮﺗﺮ
Dikatakan oleh Umar bin Ali Al Bahiliy, dikatakan oleh
Khalid bin Yazid, dikatakan Jakfar Arraziy, dari Arrabi’
berkata : Anas ra ditanya tentang Qunut Nabi saw bahwa
apakah betul beliau saw berqunut sebulan, maka berkata
Anas ra : beliau saw selalu terus berqunut hingga wafat,
lalu mereka mengatakan maka Qunut Nabi saw pada
shalat subuh selalu berkesinambungan hingga beliau saw
wafat, dan mereka yg meriwayatkan bahwa Qunut Nabi
saw hanya sebulan kemudian berhenti maka yg dimaksud
adalah Qunut setiap shalat untuk mendoakan kehancuran
atas musuh musuh, lalu (setelah sebulan) beliau saw
berhenti, namun Qunut di shalat subuh terus berjalan
hingga beliau saw wafat. (Sunan Imam Baihaqi Alkubra
Juz 2 hal 211 Bab Raf’ul yadayn filqunut, Sunan Imam
Baihaqi ALkubra Juz 3 hal 41, Fathul Baari Imam Ibn
Rajab Kitabusshalat Juz 7 hal 178 dan hal 201, Syarh
Nawawi Ala shahih Muslim Bab Dzikr Nida Juz 3 hal 324,
dan banyak lagi).
2. Hadits dari Awam Bin Hamzah dimana beliau berkata :
“Aku bertanya kepada Utsman –semoga Allah
meridhoinya- tentang qunut pada Subuh. Beliau berkata :
Qunut itu sesudah ruku. Aku bertanya :” Fatwa siapa?”,
Beliau menjawab : “Fatwa Abu Bakar, Umar dan Utsman
Radhiyallahu ‘anhum”.
Hadits ini riwayat imam Baihaqi dan beliau berkata :
“Isnadnya Hasan”. Dan Baihaqi juga meriwayatkan hadits
ini dari Umar Ra. Dari beberapa jalan.
3. Hadits dari Abdullah bin Ma’qil at-Tabi’i
“Ali Ra. Qunut pada shalat subuh”.
Diriwayatkan oleh Baihaqi dan beliau berkata : “Hadits
tentang Ali Ra. Ini shahih lagi masyhur.
4. Hadits dari Barra’ Ra. :
“Bahwa Rasulullah Saw. melakukan qunut pada shalat
subuh dan maghrib”. (HR. Muslim).
5. Hadits dari Barra’ Ra. :
“Bahwa Rasulullah Saw. melakukan qunut pada shalat
subuh”. (HR. Muslim).
Hadits no. 4 diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dengan
tanpa penyebutan shalat maghrib. Imam Nawawi dalam
Majmu’ II/505 mengatakan : “Tidaklah mengapa
meninggalkan qunut pada shalat maghrib karena qunut
bukanlah sesuatu yang wajib atau karena ijma ulama
menunjukan bahwa qunut pada shalat maghrib sudah
mansukh hukumnya”.
6. Hadits dari Abi rofi’
“Umar melakukan qunut pada shalat subuh sesudah ruku’
dan mengangkat kedua tangannya serta membaca doa
dengn bersuara”. (HR Baihaqi dan ia mengatakan hadis ini
shahih).
7. Hadits dari ibnu sirin, beliau berkata :
1. “Aku berkata kepada anas : Apakah Rasulullah
SAW. melakukan qunut pada waktu subuh? Anas
menjawab : Ya, begitu selesai ruku”. (HR. Bukhary
Muslim).
8. Hadits dari Abu hurairah ra. Beliau berkata :
“Rasulullah Saw. jika beliau mengangkat kepalanya dari
ruku pada rekaat kedua shalat subuh beliau mengangkat
kedua tangannya lalu berdoa : “Allahummah dini fii man
hadait ….dan seterusnya”. (HR. Hakim dan dia
menshahihkannya).
9. Hadits dari Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Beliau
berkata :
“Aku diajari oleh rasulullah Saw. beberapa kalimat yang
aku ucapkan pada witir yakni : Allahummah dini fii man
hadait ….dan seterusnya” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai
dan selain mereka dengan isnad yang shahih)
10. Hadits dari Ibnu Ali bin Thalib ra. (Berkaitan dengan
hadist no. 8)
Imam Baihaqi meriwayatkan dari Muhammad bin
Hanafiah dan beliau adalah Ibnu Ali bin Thalib ra. Beliau
berkata :
“Sesungguhnya doa ini adalah yang dipakai oleh bapakku
pada waktu qunut diwaktu shalat subuh” (Al-baihaqi
II/209).
11. Hadist doa qunut subuh dari Ibnu Abbas ra. :
Tentang doa qunut subuh ini, Imam baihaqi juga
meriwayatkan dari beberapa jalan yakni ibnu abbas dan
selainnya:
“Bahwasanya Nabi Saw. mengajarkan doa ini
(Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya) kepada
para shahabat agar mereka berdoa dengannya pada waktu
qunut di shalat subuh” (Al-baihaqi II/209) .
Demikianlah Beberapa Dalil yang dipakai para ulama-
ulama shlusunnah dari madzab syafiiyah berkaitan dengan
fatwa mereka tentang qunut subuh.
Dari sini dapat dilihat keshahihan hadis-hadisnya karena
dishahihkan oleh Imam-imam hadits ahlusunnah yang
terpercaya. Hati-hati dengan orang-orang khalaf akhir
zaman yang lemah hafalan hadisnya tetapi mengaku ahli
hadis dan banyak mengacaukan hadis-hadis seperti
mendoifkan hadis shahih dan sebaliknya.
C. Tempat Qunut Subuh dan nazilah adalah Sesudah ruku
rekaat terakhir.
Tersebut dalam Al-majmu Jilid III/506 bahwa : “Tempat
qunut itu adalah sesudah mengangkat kepala dari ruku.
Ini adalah ucapan Abu Bakar as-shidiq, Umar bin Khattab
dan Utsman serta Ali ra.hum.
Mengenai Dalil-dalil qunut sesudah ruku :
1. Hadits dari Abu Hurairah :
“Bahwa Nabi Qunut sesungguhnya sesudah ruku” (HR.
Bukhary muslim).
2. Hadits dari ibnu sirin, beliau berkata :
“Aku berkata kepada anas : Apakah Rasulullah SAW.
melakukan qunut pada waktu subuh? Anas menjawab : Ya,
begitu selesai ruku”. (HR. Bukhary Muslim).
3. Hadis dari Anas Ra.
“Bahwa Nabi Saw. melakukan qunut selama satu bulan
sesudah ruku pada subuh sambil mendoakan kecelakaan
keatas bani ‘ushayyah” (HR. Bukhary Muslim).
4. Hadits Dari Awam Bin hamzah dan Rofi yang sudah
disebutkan pada dalil 4 dan 5 tentang kesunnatan qunut
subuh.
5. Riwayat Dari Ashim al-ahwal dari Anas Ra. :
“Bahwa Anas Ra. Berfatwa tentang qunut sesudah ruku”.
6. Hadits dari Abu hurairah ra. Beliau berkata :
“Rasulullah Saw. jika beliau mengangkat kepalanya dari
ruku pada rekaat kedua shalat subuh beliau mengangkat
kedua tangannya lalu berdoa : “Allahummah dini fii man
hadait ….dan seterusnya”. (HR. Hakim dan dia
menshahihkannya).
7. Hadits Riwayat dari Salim dari Ibnu umar ra.
“Bahwasanya ibnu umar mendengar rasulullah SAW
apabila beliau mengangkat kepalanya dari ruku pada
rekaat terakhir shalat subuh, beliau berkata : “Ya Allah
laknatlah sifulan dan si fulan”, sesudah beliau menucapkan
sami’allahu liman hamidah. Maka Allah menurunkan Ayat:
“Tidak ada bagimu sesuatu pun urusan mereka itu atau
dari pemberian taubat terhadap mereka karena
sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang dzalim
“ (HR Bukhary).
Terlihat jelas Bahwa pada qunut nazilah maupun qunut
subuh, dilakukan setalah ruku. Adapun ada riwayat yang
menyatakan sebelum ruku, Imam Baihaqi mengatkan
dalam kita Al-majmu :
“Dan orang-orang yang meriwayatkan qunut sesudah ruku
lebih banyak dan lebih kuat menghafal hadis, maka dialah
yang lebih utama dan inilah jalanya para khalifah yang
memperoleh petunjuk – radhiyallahu ‘anhum- pada
sebagian besar riwayat mereka, wallahu a’lam”.
D. Jawaban untuk orang-orang yang membantah
sunnahnya qunut subuh
1. Ada yang mendatangkan Hadits bahwa Ummu
salamah berkata :
“Bahwa Nabi Saw. melarang qunut pada waktu subuh
“ (Hadis ini Dhoif).
Jawaban : Hadist ini dhaif karena periwayatan dari
Muhammad bin ya’la dari Anbasah bin Abdurahman dari
Abdullah bin Nafi’ dari bapaknya dari ummu salamah.
Berkata darulqutni :”Ketiga-tiga orang itu adalah lemah
dan tidak benar jika Nafi’ mendengar hadis itu dari ummu
salamah”. Tersebut dalam mizanul I’tidal “Muhammad bin
Ya’la’ diperkatakan oleh Imam Bukhary bahwa ia banyak
menhilangkan hadis. Abu hatim mengatakan ianya
matruk” (Mizanul I’tidal IV/70).
Anbasah bin Abdurrahman menurut Imam Baihaqi
hadisnya matruk. Sedangkan Abdullah adalah orang
banyak meriwayatkan hadis mungkar. (Mizanul I’tidal
II/422).
2. Ada yang mengajukan Hadis bahwa Ibnu Abbas ra.
Berkata :
“Qunut pada shalat subuh adalah Bid’ah”
Jawaban : Hadis ini dhaif sekali (daoif jiddan) karena imam
Baihaqi meriwayatkannya dari Abu Laila al-kufi dan
beliau sendiri mengatakan bahwa hadis ini tidak shahih
karena Abu Laila itu adalah matruk (Orang yang
ditinggalkan haditsnya). Terlebih lagi pada hadits yang lain
Ibnu abbas sendiri mengatakan :
“Bahwasanya Ibnu abbas melakukan qunut subuh”.
3. Ada juga yang mengetangahkan riwayat Ibnu mas’ud
yang mengatakan :
“Rasulullah tidak pernah qunut didalam shalat apapun”.
Jawaban : Riwayat ini menurut Imam Nawawi dalam Al
majmu sangatlah dhoif karena perawinya terdapat
Muhammad bin Jabir as-suhaili yang ucapannya selalu
ditinggalkan oleh ahli hadis. Tersebut dalam mizanul I’tidal
karangan az-zahaby bahwa Muhammad bin jabir as-
suahaimi adalah orang yang dhoif menurut perkataan Ibnu
Mu’in dan Imam Nasa’i. Imam Bukhary mengatakan: “ia
tidak kuat”. Imam Ibnu Hatim mengatakan : “Ia dalam
waktu akhirnya menjadi pelupa dan kitabnya telah hilang”.
(Mizanul I’tidal III/492).
Dan juga kita dapat menjawab dengan jawaban terdahulu
bahwa orang yang mengatakan “ada” lebih didahulukan
daripada yang mengatakan “tidak ada” berdasarkan kaidah
“Al-mutsbit muqaddam alan naafi”.
4. Ada orang yg berpendapat bahawa Nabi Muhammad
saw melakukan qunut satu bulan shj berdasarkan hadith
Anas ra, maksudnya:
“Bahawasanya Nabi saw melakukan qunut selama satu
bulan sesudah rukuk sambil mendoakan kecelakaan ke
atas beberapa puak Arab kemudian baginda
meninggalkannya.” Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Jawaban : Hadith daripada Anas tersebut kita akui sebagi
hadith yg sahih kerana terdapat dlm kitab Bukhari dan
Muslim. Akan tetapi yg menjadi permasalahan sekarang
adalah kata:( thumma tarakahu= Kemudian Nabi
meninggalkannya ).
Apakah yg ditinggalkan oleh Nabi itu?
Meninggalkan qunutkah? Atau meninggalkan berdoa yg
mengandungi kecelakaan ke atas puak-puak Arab?
Untuk menjawab permasalahan ini lah kita perhatikan
baik2 penjelasan Imam Nawawi dlm Al-
Majmu’jil.3,hlm.505 maksudnya:
“Adapun jawapan terhadap hadith Anas dan Abi Hurairah
r.a dlm ucapannya dengan (thumma tarakahu) maka
maksudnya adalah meninggalkan doa kecelakaan ke atas
orang2 kafir itu dan meninggalkan laknat terhadap mereka
shj. Bukan meninggalkan seluruh qunut atau meninggalkan
qunut pada selain subuh. Pentafsiran spt ini mesti
dilakukan kerana hadith Anas di dlm ucapannya ’sentiasa
Nabi qunut di dlm solat subuh sehingga beliau meninggal
dunia’
adalah sahih lagi jelas maka wajiblah menggabungkan di
antara kedua-duanya.”
Imam Baihaqi meriwayatkan dan Abdur Rahman bin
Madiyyil, bahawasanya beliau berkata, maksudnya:
“Hanyalah yg ditinggalkan oleh Nabi itu adalah melaknat.”
Tambahan lagi pentafsiran spt ini dijelaskan oleh riwayat
Abu Hurairah ra yg berbunyi, maksudnya:
“Kemudian Nabi menghentikan doa kecelakaan ke atas
mereka.”
Dengan demikian dapatlah dibuat kesimpulan bahawa
qunut Nabi yg satu bulan itu adalah qunut nazilah dan
qunut inilah yg ditinggalkan, bukan qunut pada waktu solat
subuh.
5. Ada juga orang-orang yg tidak menyukai qunut
mengemukakan dalil hadith Saad bin Thariq yg juga
bernama Abu Malik Al-Asja’i, maksudnya:
“Dari Abu Malik Al-Asja’i, beliau berkata: Aku pernah
bertanya kpd bapaku, wahai bapa! sesungguhnya engkau
pernah solat di belakang Rasulullah saw, Abu Bakar,
Usman dan Ali bin Abi Thalib di sini di kufah selama
kurang lebih dari lima tahun. Adakah mereka melakukan
qunut?. Dijawab oleh bapanya:”Wahai anakku, itu adalah
bid’ah.” Diriwayatkan oleh Tirmizi.
Jawaban :
Kalau benar Saad bin Thariq berkata begini maka sungguh
menghairankan kerana hadith2 tentang Nabi dan para
Khulafa Rasyidun yg melakukan qunut banyak sangat
sama ada di dlm kitab Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Abu
Daud, Nasa’i dan Baihaqi.
Oleh itu ucapan Saad bin Thariq tersebut tidaklah diakui
dan terpakai di dalam mazhab Syafie dan juga mazhab
Maliki.
Hal ini disebabkan oleh kerana beribu-ribu orang telah
melihat Nabi melakukan qunut, begitu pula sahabat
baginda. Manakala hanya Thariq seorang shj yg
mengatakan qunut itu sebagai amalan bid’ah.
Maka dalam masalah ini berlakulah kaedah usul fiqh iaitu:
“Almuthbitu muqaddimun a’la annafi”
Maksudnya: Orang yg menetapkan lebih didahulukan atas
orang yg menafikan.
Tambahan lagi orang yg mengatakan ADA jauh lebih
banyak drpd orang yg mengatakan TIDAK ADA.
Seperti inilah jawapan Imam Nawawi didlm Al-Majmu’
jil.3,hlm.505, maksudnya:
“Dan jawapan kita terhadap hadith Saad bin Thariq adalah
bahawa riwayat orang2 yg menetapkan qunut terdapat
pada mereka itu tambahan ilmu dan juga mereka lebih
banyak. Oleh itu wajiblah mendahulukan mereka”
Pensyarah hadith Turmizi yakni Ibnul ‘Arabi juga
memberikan komen yang sama terhadap hadith Saad bin
Thariq itu. Beliau mengatakan :”Telah sah dan tetap
bahawa Nabi Muhammad saw melakukan qunut dlm solat
subuh, telah tetap pula bahawa Nabi ada qunut sebelum
rukuk atau sesudah rukuk, telah tetap pula bahawa Nabi
ada melakukan qunut nazilah dan para khalifah di
Madinah pun melakukan qunut serta Sayyidina Umar
mengatakan bahawa qunut itu sunat, telah pula diamalkan
di Masjid Madinah. Oleh itu janganlah kamu tengok dan
jgn pula ambil perhatian terhadap ucapan yg lain daripada
itu.”
Bahkan ulamak ahli fiqh dari Jakarta yakni Kiyai Haji
Muhammad Syafie Hazami di dalam kitabnya Taudhihul
Adillah ketika memberi komen terhadap hadith Saad bin
Thariq itu berkata:
“Sudah terang qunut itu bukan bid’ah menurut segala
riwayat yg ada maka yg bid’ah itu adalah meragukan
kesunatannya sehingga masih bertanya-tanya pula. Sudah
gaharu cendana pula, sudahh tahu bertanya pula”
Dgn demikian dapatlah kita fahami ketegasan Imam Uqaili
yg mengatakan bahawa Abu Malik itu jangan diikuti
hadithnya dlm masalah qunut.(Mizanul I’tidal jil.2,hlm.122).
6. Kelompok anti madzab katakan : Dalam hadis-hadis
yang disebutkan diatas, qunut bermakna tumaninah/
khusu’?
Jawab : Dalam hadis2 yang ada dlm artikel salafytobat
smuanya berarti seperti dalam topik yang dibicarakan
“qunut” = berdoa pada waktu berdiri (setelah ruku)…
qunut dalam hadis-hadis tersebut bukan berati tumaninah
atau ruku.!!!
Mengenai hadis “qunut” yang bermakna tumaninah/khusu/
dsb
Diriwayatkan dari Jabir Ra. katanya Rasulullah saw.
bersabda : afdlalu shshalah thuululqunuut
artinya : “shalah yg paling baik ialah yang paling panjang
qunutnya “
Dalam menjelaskan ayat alqur’an :
“Dan berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dalam
keadaan “qanitiin” (al-baqarah 238) (HR Ibnu abi syaibah,
muslim, tirmidzi, Ibnu Majah seperti dalam kitan Duurul
mantsur).
Mujtahid Rah. maksud qanitiin disini termasuklah ruku,
khusyu, rekaat yang panjang/lama berdiri, mata tunduk
kebawah, takut kepada Allah swt.
Makna qanitiin juga berarti diam atau senyap. Sebelum
turun ayat ini , masih dibolehkan berbicara dalam shalat,
melihat keatas, kebawah, kesana-kemari, dsb…(lihat hadist
bukhary muslim). Setelah turun ayat ini, perkara-perkara
tersebut tidak dibolehkan. (Duurul mantsur)
E. Pendapat Imam Madzab tentang qunut
1. Madzab Hanafi :
Disunatkan qunut pada shalat witir dan tempatnya
sebelum ruku. Adapun qunut pada shalat subuh tidak
disunatkan. Sedangkan qunut Nazilah disunatkan tetapi
ada shalat jahriyah saja.
2. Madzab Maliki :
Disunnatkan qunut pada shalat subuh dan tempatnya yang
lebih utama adalah sebelum ruku, tetapi boleh juga
dilakukan setelah ruku. Adapun qunut selain subuh yakni
qunut witir dan Nazilah, maka keduanya dimakruhkan.
3. Madzab Syafii
Disunnatkan qunut pada waktu subuh dan tempatnya
sesudah ruku. Begitu juga disunnatkan qunut nazilah dan
qunut witir pada pertengahan bulan ramadhan.
4. Madzab Hambali
Disunnatkan qunut pada shalat witir dan tempatnya
sesudah ruku. Adapun qunut subuh tidak disunnahkan.
Sedangkan qunut nazilah disunatkan dan dilakukan
diwaktu subuh saja.
Semoga kita dijadikan oleh Allah asbab hidayah bagi kita
dan ummat seluruh alam.
https://salafytobat.wordpress.com/
Share: